Text Berjalan

Kamis, 31 Maret 2011

Teori Psikoanalisis

MATA KULIAH
PSIKOLOGI KOMUNIKASI







KELOMPOK :

HERI SANTOSO : 41100115
FAJAR FIKRI : 41100137
SARAH JULIA : 41100354
LUCKI DWI ERLANI : 41100160
SHELLY AMALIA : 41100266





Program Studi Public Relations
Akademi Komunikasi - Bina Sarana Informatika
2010



PSIKOANALISIS

      Di antara semua teori kepribadian yang ada, misalnya teori behavioral, teori kognitif, teori humanistik-eksistensial, terdapat nama Sigmud Freud (1856-1939) yang terutama dan para pengikutnya. Meskipun ada perbedaan di antara teoritikus Psikodinamik, semuanya memiliki beberapa pandangan yang sama, seperti pandangan determinisme psikis (pandangan bahwa tingkah laku manusia – normal dan abnormal – ditentukan oleh hasil dari proses dinamik dan konflik intrapsikis), motivasi tak sadar, dan pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku

     Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga “psikoanalisis” dan “psikoanalisis” Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan nama “psikologi analitis” (en: Analitycal psychology) dan “psikologi individual” (en: Individual psychology) bagi ajaran masing-masing

Psikoanalisis memiliki tiga penerapan:
1) suatu metode penelitian dari pikiran
2) suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia
3) suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional

      Dalam cakupan yang luas dari psikoanalisis ada setidaknya 20 orientasi teoretis yang mendasari teori tentang pemahaman aktivitas mental manusia dan perkembangan manusia. Berbagai pendekatan dalam perlakuan yang disebut “psikoanalitis” berbeda-beda sebagaimana berbagai teori yang juga beragam. Psikoanalisis Freudian, baik teori maupun terapi berdasarkan ide-ide Freud telah menjadi basis bagi terapi-terapi moderen dan menjadi salah satu aliran terbesar dalam psikologi...

Sigmund Freud (1856-1939)

Sigmund Freud lahir di Austria pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939.

   Dr. Freud adalah neurolog asal Austria dan pendiri aliran Psikoanalisis dalam bidang Psikologi. Psikoanalisis adalah gerakan yang mempopulerkan teori bahwa motif tidak sadar mengendalikan sebagian besar perilaku. Freud tertarik pada hipnotis dan penggunaannya untuk membantu penderita penyakit mental. Ia kemudian meninggalkan hipnotis untuk asosiasi bebas dan analisis mimpi guna mengembangkan sesuatu yang kini dikenal sebagai “obat dengan berbicara”. Hal-hal seperti ini menjadi unsur inti Psikoanalisis.
Sepanjang masa hidupnya, Freud adalah seorang yang produktif. Meskipun ia dianggap sosok yang kontroversial dan banyak tokoh yang berseberangan dengan dirinya, Freud tetap diakui sebagai salah seorang intelektual besar. Pengaruhnya bertahan hingga saat ini, dan tidak hanya pada bidang psikologi, bahkan meluas ke bidang-bidang lain. Karyanya, Studies in Histeria (1875) menandai berdirinya aliran psikoanalisa, berisi ide-ide dan diskusi tentang teknik terapi yang dilakukan oleh Freud.

Riwayat Hidup

     Sigmund Freud dilahirkan 6 Mei 1856 dari sebuah keluarga Yahudi di Freiberg, Moravia, sebuah kota kecil di Austria (kini menjadi bagian dari Cekoslowakia). Pada saat Freud berusia 4 tahun, keluarganya mengalami kemunduran ekonomi, dan ayah Freud membawa pindah Freud sekeluarga ke kota Wina. Setelah menamatkan sekolah menengahnya di kota Wina ini, Freud masuk fakultas kedokteran Universitas Wina dan lulus sebagai dokter pada tahun 1881. Dari catatan pribadinya diketahui bahwa Freud sesungguhnya tidak tertarik untuk menjalani praktek sebagai dokter, dan lebih tertarik kepada kegiatan penelitian ilmiah. Tetapi karena desakan ekonomi keluarga, dibina bersama Martha Bernays, istrinya yang dinikahi Freud pada tahun 1886, Freud akhirnya menjalani praktek yang tidak disukainya itu. Di sela-sela waktu prakteknya Freud masih menyempatkan diri untuk melakukan kegiatan penelitian dan menulis. Adapun minat ilmiah utama Freud adalah pads neurologi, sebuah minat yang menyebabkan Freud menekuni penanganan gangguan-gangguan neurotik, hususnya histeria.

     Ketika Freud masih menjadi mahasiswa, seorang ahli saraf ternama dari Wina, Dr. Joseph Breuer, telah menggunakan metode khusus untuk menangani histeria, yakni metode hipnosis. Dengan jalan menghipnosis pasien histeria yang ditanganinya, Breuer berhasil membuktikan bahwa penyebab histeria yang diderita pasiennya itu adalah pengalaman¬pengalaman traumatik tertentu dari si pasien. Salah satu kasus histeria yang paling terkenal dari Breuer adalah kasus Anna 0., yang ditangani Breuer dari tahun 1880 sampai 1882. Kurang-lebih pada waktu yang bersamaan, seorang ahli saraf terkemuka dari Rumah Sakit La Salpetriere, Paris, yakni Jean Martin Charcot, mengembangkan metode yang sama dengan yang digunakan Breuer. Dari kedua orang ini Freud belajar dan mempraktekkan metode hipnosis untuk menangani kasus-kasus histeria. Bahkan dengan Breuer, Freud sempat mengadakan kerja sama. Kerja sama mereka menghasilkan penanganan atas sejumlah kasus histeria yang dibukukan dengan judul Studien uber Hysterie (1895).
      Tetapi tidak lama setelah buku tersebut diterbitkan, Freud memisahkan diri serta mening¬galkan metode yang digunakan oleh Breuer dan Charcot karena ia merasa tidak puss dengan prosedur dan basil yang dicapainya: Setelah mening¬galkan metode hipnosis, Freud mencoba metode lain, yakni metode sugesti yang dipelajarinya dari Bernheim pada tahun 1889. Dan metode yang terakhir ini pun ternyata tidak memuaskan Freud, sehingga ia akhirnya mengembangkan dan menggunakan metode sendiri yang disebut metode asosiasi bebas (free association method). Berbeda dengan metode hipnosis yang menyadarkan diri pada anggapan bahwa pengalaman-pengalaman traumatik yang ada pada pasien histeria perlu dan hanya bisa diungkapkan dalam keadaan si pasien tidak sadar (di bawah pengaruh hipnosis), metode asosiasi bebas bertumpu pada anggapan bahwa pengalaman-pengalaman traumatik (pengalaman yang menyakitkan) yang dimiliki pasien hysteria itu bisa diungkapkan dalam keadaan sadar. (Dalam asosiasi bebas, pasin diminta untuk mengemukakan secara bebas hal-hal apa saja yang terlintas dalam pikirannya saat itu. Bagi terapeut, hal-hal hal yang kemukakan oleh pasiennya itu merupakan bahan untuk menggali dan mengungkap ingatan-ingatan atau pengalaman-pengalaman yang sifatnya traumatic dari alam tak sadar si pasien.) Hal yang penting dari pengembangan asosiasi bebas ini adalah, metode asosiasi bebas dengan prinsip atau anggapan yang mendasarinya telah membawa Freud kepada suatu kesimpulan bahwa ketaksadaran memiliki sifat dinamis, dan memegang peranan dalam ter¬jadinya gangguan neurotik seperti histeria. (Di kemudian hari peranan ketaksadaran oleh Freud diperluas dan dipandang sebagai “kawasan terbesar” dari kehidupan psikis, yang di dalamnya terdapat suatu unsur atau sistem yang berisikan naluri-naluri. Dan keinginan-keinginan berasal dari naluri-naluri itu. Pads gilirannya, melalui mekanisme represi, keinginan-keinginan yang tidak atau sulit dipuaskan akan dikembalikan ke kawasan tak sadar ini, dipenjarakan bersama-sama dengan pengalaman¬pengalaman tertentu yang sifatnya traumatic atau menyakitkan bagi in¬dividu.) Selain itu, berbeda dengan Breuer, Charcot, Bernheim, dan terapeut-terapeut atau pars peneliti umumnya pads waktu itu, Freud mulai menempatkan data yang diperoleh dari kegiatan terapinya dalam kerangka psikologi, serta ia melihat aspek atau mekanisme yang terlibat dalam ke¬jadian munculnya gangguan neurotik dari sudut psikologi, dan bukan dari sudut neurologi atau fisiologi. Dengan demikian, sejak Freud menempuh jalannya sendiri, mengembangkan gagasan dan metode terapinya sendiri, Freud sesurigguhnya tengah berada dalam usaha membangun landasan bagi ajaran psikoanalisanya yang unik; dan ternyata usahanya ini memang berhasil. Dapat dikatakan bahwa metode asosiasi bebas merupakan tong¬gak yang menandai dimulainya psikoanalisa.

     Pada pertengahan abad ke-19, yakni pada masa awal berdirinya psikologi -ai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, psikologi didominasi oleh gagasan dan upaya mempelajari elemen-elemen dasar dari kehidupan mental orang dewasa normal melalui penelitian laboratorium dengan meng¬gunakan metode introspeksi. Pada masa itu tercatat satu aliran psikologi disebut psikologi strukturalisme. Tokoh psikologi strukturalisme ini adalah Wilhelm Wundt (1832-1920), seorang ahli psikologi Jerman yang mendirikan laboratorium-laboratorium psikologi pertama di Leipzig pada 1879. Karena pendirian laboratorium psikologinya (yang pertama di dunia) itu Wundt dianggap sebagai bapak psikologi modern, dan tahun 1879 dianggap sebagai tahun mulai berdirinya psikologi sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, terlepas dari filsafat sebagai induknya maupun dari ketergantungannya kepada ilmu-ilmu lain seperti fisiologi dan fisika. Adapun ciri-ciri dari psikologi strukturalisme Wundt itu adalah penekanannya pada analisis atas proses-proses kesadaran yang dipandang terdiri dari elemen-elemen dasar, serta upayanya menemukan hukum¬-hukum yang membawahi hubungan di antara elemen-elemen kesadaran tersebut. Karena pandangannya yang elementalistik ini maka psikologi strukturalisme disebut juga psikologi elementalisme. Di samping dipandang terdiri dari elemen-elemen dasar, kesadaran, oleh Wundt dan oleh ahli psikologi lainnya pada masa itu, dipandang sebagai aspek yang utama dari kehidupan mental. Segala sesuatu atau proses yang terjadi dalam diri manusia selalu diasalkan atau dianggap bersumber pada kesadaran.
Di tengah-tengah psikologi yang memprioritaskan penelitian atas kesadaran dan memandang kesadaran sebagai aspek utama dari kehidupanmental itu muncullah seorang dokter muda dari Wina dengan gagasannya yang radikal. Dokter muda yang dimaksud adalah Sigmund Freud, yang mengemukakan gagasan bahwa kesadaran itu anyalahbagian kecil saja dari kehidupan mental, sedangkan bagian yang terbesarnya adalah justru ketaksadaran atau alam tak sadar. Freud mengibaratkan alam sadar dan tak sadar itu dengan sebuah gunung es yang terapung di mana bagian yang muncul ke permukaan air (alam sadar) jauh lebih kecil daripada bagian yang tenggelam (alam tak sadar)

     Di samping gagasan tersebut di atas, masih banyak gagasan besar dan penting Freud lainnya yang menjadikan ia dipandang sebagai seorang yang revolusioner dan sangat berpengaruh bukan saja untuk bidang psikologi atau psikiatri, melainkan juga untuk bidang-bidang lain yang mencakup sosiologi, antropologi, ilmu polilik, filsafat, dan kesusastraan atau kese¬nian. Untuk bidang psikologi, khususnya psikologi kepribadian dan lebih khusus lagi teori kepribadian, pengaruh Freud dengan psikoanalisa yang dikembangkannya dapat dilihat dari fakta, bahwa sebagian besar teoris kepribadian modern ckilain penyusunan teorinya tentang tingkah laku (kepribadian) menganibil sebagian, atau setidaknya mempersoalkan, gagasan-gagasan Freud. Dan psikoanalisa itu sendiri, sebagai aliran yang utama dalam psikologi, memiliki teori kepribadian yang gampangnya kita sebut teori kepribadian psikoanalitik (psychoanalitic theory of personali¬ty)
Freud membagi mind ke dalam consciousness, preconsciousness dan unconsciousness. Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.

    Freud mengembangkan sejumlah teori kepribadian yang teori-teori tersebut memiliki relvansi dengan proses konseling psikoanalisis, diantara teori-tersebut adalah Topografi Kepribadian. Teori ini menjelaskan tentang kepribadian manusia yang terdiri dari sub-subsistem, bagi pencetus teori ini (Freud) kepribadian itu berhubungan dengan alam kesadaran (awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu:

1. Alam Sadar (conscious/Cs) adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.
2. Alam Prasadar (preconcious/Pcs) adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang berfungsi untuk mengantarakan ide, ingatan, perasaan tersebut kealam sadar jika kita berusaha mengingatkanya kembali. Alam prasadar bukan bagian dari alam sadar, melainkan bagian lain yang biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyadari sesuatu.
3. Alam Bawah Sadar (unconscious/Ucs) adalah bagian dari dunia keasadran yang terbesardan sebagai bagian terpenting dari strukutur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidup individu yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan di dalamnya. Perilaku manusia sebagian besar didorang oleh perasaan dan pikiran yang tersimpan di dalam unconscious ini. Struktur Kepribadian menurut Freud bahwa kepribadian manusia tersusun secara stuktural. Freud berpendapat bahwa dalam dunia kesadaran (awareness) individu terdapat subsistem struktur kepribadian yang berinteraksi secara dinamis, diantara subsistem tersebut adalah id: komponen biologis, ego: komponen psikologis dan superego komponen sosial


    Freud juga mengemukakan tiga struktur mental atau psikis, yakni Id, Ego, dan Superego. Satu-satunya struktur mental yang ada sejak lahir adalah id, yang merupakan dorongan biologis dan berada dalam ketidaksadaran. Id beroperasi menurut prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan mencari kepuasan segera. Ego adalah pikiran yang beroperasi menurut prinsip kenyataan (reality principle) yang memuaskan dorongan id menurut cara-cara yang dapat diterima masyarakat. Adapun superego, yang terbentuk melalui proses identifikasi dalam pertengahan masa kanak-kanak, merupakan bagian dari nilai-nilai moral dan beroperasi menurut prinsip moral

  • Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Contoh : kebutuhan untuk makan bayi mendorongnya untuk mengisap ASI dan memperoleh kelegaan
  • Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia.Contoh : Bayi tidak akan mendapatkan ASI atau pelukan ibunya hanya dengan berharap,melainkan dia harus menangis.Dan bayi belajar untuk menangis lebih keras untuk memanggil ibunya saat sedang repot
  • Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.

    Ego selalu menghadapi ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif /pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang jenisnya bisa bermacam-macam.


FIGURE 10.6 The approximate relationship between the id, ego, and superego, and the levels of awareness

      Teori “Psikoanalisis Freud” memusatkan perhatian pada pentingnya pengalaman masa kanak-kanak awal. Dalam pandangan ini, benih-benih dari gangguan psikologis sudah ditanamkan pada tahun-tahun awal pertumbuhan. Pandangan Freud tentang seksualitas masa kanak-kanak benar-benar jelas dan kontroversial.
     Mekanisme pertahanan seperti represi, melindungi ego dari kecemasan dan mengeluarkan dorongan yang tidak dapat diterima dari kesadaran. Meskipun menggunakan mekanisme pertahanan adalah normal, namun bila digunakan secara berlebihan dapat menyebabkan pola tingkah laku abnormal.

    Berdasarkan kajian Freud, ada garis tipis perbedaan antara yang normal dan abnormal (dalam hal derajat). Orang normal dan abnormal didorong oleh dorongan irasional dari id. Normalitas hanya merupakan masalah keseimbangan energi antara struktur psikis dari id, ego, dan superego.

     Freud berpendapat bahwa manusia dapat menjadi neurotik – bahkan psikotik - struktur mental menjadi tidak seimbang. Pada orang-orang normal, ego memiliki kekuatan untuk mengontrol insting dari id dan untuk menahan hukuman dari superego.

Sumbangan Freud

• Sebagai orang pertama yang menyentuk konsep-konsep psikologi seperti peran ketidaksadaran (unconsciousness), anxiety, motivasi, pendekatan teori perkembangan untuk menjelaskan struktur kepribadian

• Posisinya yang kukuh sebagai seorang deterministik sekaligus menunjukkan hukum-hukum perilaku, artinya perilaku manusia dapat diramalkan

• Freud juga mengkaji produk-produk budaya dari kacamata psikoanalisa, seperti puisi, drama, lukisan, dan Iain-Iain. Oleh karenanya ia memberi sumbangan juga pada analisis karya seni

Kritik untuk Freud

• Metode studinya yang dianggap kurang reliabel, sulit diuji secara sistematis dan sangat subyektif
• Konstruk-konstruk teorinya juga sulit diuji secara ilmiah sehingga diragukan keilmiahannya. Beberapa konsepnya bahkan dianggap fiksi, seperti Oedipus complex
• Bagi aliran behaviorist, yang dilakukan Freud adalah mempelajari intervening variable

* Freud banyak memiliki murid, salah satunya yang terkenal adalah Alfred Adler (1870-1937) & Carl Gustav Jung (1875-1961)




KEPRIBADIAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOANALISA ( STUDI KASUS PADA LESBIAN )

    Psikoanalisa merupakan salah satu aliran dalam Psikologi yang berpandangan bahwa manusia lahir telah membawa warisan (kecerdasan, libido sexual/dorongan-dorongan perilaku yang berorientasi pada kesenangan) dari orang tua yang melahirkan, dari gagasannya ini psikoanalisa dapat digolongkan dalam aliran nativisme lawan dari empirisme yang beranggapan manusia lahir bagaikan kertas putih tanpa membawa warisan dari orang tua.

     Aliran psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Freud ini berpendapat bahwa struktur kepribadian terdiri dari id (dorongan, nafsu, libido sexual), Ego (Diri), dan Superego (Nilai-nilai). Dimana menurut Freud superego berisi nilai-nilai atau aturan-aturan yang diperoleh individu dari orang tua dan lingkungan. Jelasnya nilai-nilai yang ada pada diri individu merupakan introyeksi dari nilai-nilai sosial, agama, & maupun nilai-nilai masyarakat.
 
   Menurut gagasan Freud dinamika kepribadian adalah bagaimana ketiga energi dalam diri (id, ego, dan superego) dimanfaatkan oleh individu yang bersangkutan. Jelasnya perilaku-perilaku individu yang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, dimana antara satu orang dengan yang lain akan dapat bersikap dan berperilaku yang berbeda dalam situasi yang sama, adalah ditentukan oleh bagaimana individu tersebut memanfaatkan ketiga energi diatas. Jika individu lebih didominasi oleh id atau nafsu maka perilaku yang muncul tidak realistis dan bertentangan dengan kenyataan. Jika perilaku individu lebih didominasi oleh ego maka perilaku yang muncul akan egois, hanya mementingkan diri sendiri dan bisa bertentangan dengan norma. Jika perilaku individu lebih didominasi oleh superego maka perilaku yang muncul akan kaku, tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama tapi bertentangan dengan realitas.
Menurut Freud perilaku yang normal, adalah perilaku yang tidak didominasi oleh salah satu dari tiga energi yang ada. Sebaliknya perilaku yang normal adalah perilaku yang tidak mengabaikan id, ego, dan superego. Dengan kata lain penggunaan ketiga energi tersebut proporsional, karena jika tidak proporsional individu akan mengalami ketegangan dan ketegangan ini sewaktu-waktu akan muncul kepermukaan dalam bentuk perilaku-perilaku mal-adaptif. Sekedar mengingatkan Freud adalah tokoh Psikologi yang Filosof, sehingga gagasan-gagasannya masih kental dengan dunia filsafat yang abstrak dan susah dimengerti.

Cerita Seorang Mira

     Disebuah perumahan didaerah depok timur ada seorang anak kecil yang bernama mira dia adalah seorang gadis yang lucu dan ceria , dia hidup bersama kedua orang tuanya dan ke2 kakaknya , namun diusianya yang beranjak 6thn ada kejadian yang membuatnya ini sering sekali merasa ketakutan apalagi pada saat dekat ayahnya , karna dia sering melihat perlakuan ayahnya yang tidak senonoh pada kedua kakanya dan juga terlebih-lebih pada ibunya . pada saat itu ayahnya sering sekali memukuli tanpa segan-segan benda tajam pun sering ia pakai untuk menyiksa ibunya jika ibunya memiliki sedikit kesalahan. Setelah kejadian pahit yang telah dialaminya bertahun-tahun hingga mira beranjak dewasa dengan usia 15tahun. ada banyak rasa kekecewaan hingga membuatnya sering mengalami ketakutan yang berlebihan.Dia tidak menyangka sesosok pria yang slama ini dia banggakan hanya dapat menyakiti seorang wanita lemah . karna rasa sakit yang timbul dalam hatinya mulai merasuk kedalam jiwa dan menjadikan dia traumatis atau ketakutan yang berlebihan dbawah alam sadar akan sesuatu hal. Semenjak kejadian itu akhirnya mira pun mulai menutup dirinya terlebih lebih pada seorang pria .

    Disaat mira mulai memasuki bangku SMU dia mulai mempunyai banyak teman dan salah satu teman terbaik dia disekolah adalah shisha . karna saat bersama shisha , mira merasakan kenyamanan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Saat bersama shisha dia bisa berbagi semua beban yang selama ini dia pendam seorang diri . dimata dia shisha adalah sesosok wanita yang sangat mengerti dia saat ini dan selalu menemani dia kapan pun dia butuh namun ternyata dibalik semua itu terjadi sesuatu hal yang tanpa ia sadari telah menyentuh hatinya karna kenyamanan yang dia rasakan pada shisha membuat dia menyukai shisha . Dia pun akhirnya menikmati setiap saat bersama shisha dan semenjak kejadian itu mira semakin hari semakin membenci pria disekeliling dia apalagi jika pria itu mulai menyukai dia maka dengan sinis pula dia menanggapi pria-pria yang ingin mendekati dia , karena mira masih sering kali terbayang-bayang akan masa lalu dia sehingga dia takut untuk menjalin hubungan dengan berbagai pria , dia takut kejadian yang dialami ibunya juga ke2 kakak perempuanya terjadi pada dirinya juga.

Kepribadian Mira Dalam Perspektif Psikoanalisis

    Dalam pandangan psikoanalisa yang menyebabkan seseorang menjadi lesbian adalah adanya trauma dimasa lalu yang dalam perkembangan selanjutnya berpengaruh pada kepribadian khususnya struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego, dan superego. Id yang merupakan komponen biologis dan berprinsip pada kesenangan (pleasure principle), ego merupakan komponen psikologis yang berpirinsip kenyataan, sedangkan superego memiliki fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme, dan mekanisme sendiri.Dominasi energi id yang terjadi dalam diri mira disebabkan oleh lemahnya energi ego dan superego, karena pada dasarnya kemunculan perilaku menurut Freud selalu dilatar belakangi oleh dialog antara id, ego dan superego. Apabila ego dan superego yang dimiliki mira tidak kuat maka dalam proses dialog akan selalu dimenangkan oleh id dan perilaku yang muncul akan selalu didominasi oleh tujuan-tujuan untuk memperoleh kesenangan, yang merupakan prinsip kerja id.

     Dalam menjalin hubungan dengan teman perempuannya mira sangat menikmati dan tanpa rasa bersalah karena rasa bersalah telah dibuangnya, dan menurut Mira membangun suatu hubungan yang intens dengan teman perempuannya lebih mendapat kepuasan dan kenyamanan batin dan lebih mengetahui titik-titik kepuasan perempuan dan kenikmatan seksual mudah tercapai. Kondisi seperti ini, id mendominasi karena sifat id yang instingtual mengeksternalisasikan diri melalui sebuah prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan agar tujuan prinsip kesenangan tercapai maka id memproduksi libido kesenangan yang disebut hasrat seksual. Meskipun ego sebenarnya menyangkal untuk melindungi diri dari kenyataan yang tidak menyenangkan bahwa lawan jenis tidak bisa memberikan kenyaman batin dan tidak bisa berkomitment namun superego tidak bisa menghalangi impuls-impuls dari id dan tidak bisa mendorong ego yang berprinsip realita menjadi prinsip moralistis sehingga ia melanggar aturan yang telah ada di lingkungannya, bahwa seorang perempuan tidak boleh menyukai sesama jenisnya. Rasa malu, bersalah dan minder sebenarnya bukan dibuang tetapi direpresi dalam bawah sadarnya (unconciousness) karena id lebih mendominasi dalam tingkah lakunya, membutuhkan rasa nyaman dan dimengerti oleh orang lain.



Nb: Artikel dari berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar